Kamis, 01 Januari 2015

Frasa



A.    Pengertian frasa menurut para ahli bahasa 

1.      Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Cook, 1971: 91 ; Elson and Pickett, 1969: 73) atau tidak melampaui batas subjek atau predikat (Ramlan, 1976: 50); dengan kata lain: sifatnya tidak predikatif.
2.      Verhaar (2001) menjelaskan bahwa frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang.
3.      Kentjono (1990) mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya menjadi pembentuk klausa.
4.      Keraf (1991) menyatakan bahwa frasa merupakan suatu konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan.
5.      Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan ini dapat rapat, dapat renggang.
6.      Parera (1994) yang memberi batasan frasa sebagai suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak.
7.      Chaer (1998) menyatakan bahwa frasa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.

B.     Jenis Frasa

Frase dibedakan menjadi empat. (Chaer, 1998). Yakni (1) frasa eksosentrik, (2) frasa endosentrik, (3) frasa subordinatif atau frasa modifikatif, (4) frasa apositif

1.      Frasa eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Misalnya, frasa karo ibu yang terdiri dari komponen karo dan komponen ibu. Secara keseluruhan atau secara utuh frasa ini dapat mengisi fungsi keterangan dalam kalimat Watini lunga pasar karo ibu. Tetapi saat kedua komponen tersebut terpisah maka keduanya tidak akan pernah bisa menduduki fungsi keterangan dalam suatu kalimat (1) Watini lunga pasar karo (2) Watini lunga pasar ibu.
Frasa ini terbagi menjadi dua
-          Frasa eksosentris direktif (komponen pertama berupa preposisi; kanthi, kanggo, menyang, dhumateng, awit saking, gegayutan karo. Komponen kedua berupa kata atau kelompok kata yang berkategori nomina. Frasa ini lazim juga disebut frasa preposisional
-          Frasa eksosentris nondirektif (komponen pertamanya berupa artikulus; sang, hyang, sang hyang, dhanyang, si, pun. Komponen kedua berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, adjektiva, atau verba; sang prabu, dhanyang Drona, si gutheng.

2.      Frasa endosentrik
Frasa endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Misalnya lagi nulis dalam kalimat Aji lagi nulis layang kanggo ramane. Komponen nulis dapat menggantikan kedudukan frasa tersebut, sehingga menjadi kalimat Aji nulis layang kanggo ramane.
Frasa endosentrik ini lazim juga disebut frasa modifikatif karena komponen yang bukan inti mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya. Selain itu disebut frasa subordinatif karena salah satu komponennya yang merupakan inti frasa berlaku sebagai komponen atasan sedangkan yang lainnya yang membatasi berlaku sebagai komponen bawahan.

Dilihat dari kategori intinya dapat dibedakan adanya frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektiva, frasa numeralia.
-          Frasa nominal adalah frasa endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronomina. Misalkan adat Jawa, roti kukus, umat islam, dan bakul jamu.
-          Frasa verbal adalah frasa endosentrik ang intinya berupa kata verba. Misalkan lagi adus, wis mangan, ora teka
-          Frasa adjektiva adalah frasa endosentrik ang intinya berupa kata adjektiva. Misalkan pinter banget, rada cetha.
-          Frasa numeralia adalah frasa endosentrik ang intinya berupa kata numeral. Misalkan telulas, satus seket nem, limang ewu, dan satus seket.



3.      Frasa kooordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti lan, utawa, karo, katimbang...aluwung. Contoh ibu lan bapak dalam kalimat ibu lan bapak saweg dhahar.
Frasa koordinatif yang tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit, biasanya disebut frasa parataksis. Contoh tuwa enom, gedhe cilik, donya akherat, meja kursi dan lain-lain.
4.      Frasa apositif adalah frasa koordinatif yang komponen keduanya saling merujuk sesamanya; dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan. Umpamanya, frasa apositif Pak Widagdo, dosenku dalam kalimat Pak Widagdo, dosenku, saweg maos novel karyanipun Suparta Brata.

C.    Perluasan Frasa
Perluasan frasa dmaksudkan untuk menyatakan konsep khusus, atau sangat khusus, atau sangat khusus sekali, biasanya diterangkan secara leksikal. Kemudian perluasan frasa dimaksudkan sebgagai pengungkapan konsep kala, modalitas, aspek, jenis, jumlah, dan ingkar. Misalkan; bocah ayu kalem sing nganggo kalmbi biru tua kae dalam kalimat bocah ayu sing nganggo klambi abang tuwa kae  putrine pak Wagimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar