Bima
diutus untuk mencari "Kayu gung Susuhing Angin" yang
dianggap terdapat di pegunungan Reksa Muka (simbol dari lima indera
manusia). Bima tidak menemukan benda tersebut. Tetapi ia bertemu
dengan raksasa kembar yang hampir saja membunuhnya. Kedua raksasa
tersebut kemudian bisa dikalahkan dan berubah wujud menjadi dewa-dewa
yang memberi tahu Bima bahwa Kayu Gung Susuhing Angin adalah suatu
perumpamaan.
Bima kembali untuk menemui Durna
untuk meminta tambahan keterangan dan wejangan ilmu tentang arti
kehidupan. lalu Durna mengatakan bahwa Ilmu Kasempurnaan itu terdapat
di dasar lautan. Bima kemudian mohon pamit pada ibu dan
saudara-saudaranya untuk mengembara. Meskipun mereka menahannya, Bima
tetap berangkat. Ketika memasuki lautan, dia diserang oleh seekor
ular besar yang hampir membunuhnya, tetapi dengan kekuatan kuku
Panchanakanya, dia dapat membunuh ular tersebut.
Makin
dalam memasuki lautan, Bima menjadi tidak sadarkan diri. Ketika ia
membukakan matanya, ia melihat mahluk seperti dirinya, tetapi dalam
ukuran kecil yakni DEWA RUCI. Dewa Ruci meminta Bima untuk masuk
kedalam badannya, melalui telinga kirinya. Walaupun dewa ini sangat
kecil, tetapi Bima dapat masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci dan menemukan
dirinya berada pada suatu dunia yang sangat mengagumkan, damai, dan
indah, dimana ia merasa sangat nyaman dan karena itu Bima ingin tetap
tinggal disana. Dewa Ruci kemudian menjelaskan makna dari apa yang
dilihatnya dan makna dari kehidupan. Menjawab keinginan Bima untuk
tinggal disana, Dewa Ruci mengatakan ia boleh tinggal disana setelah
kematiannya. Tetapi untuk saat ini, ia harus kembali ke bumi bersama
dengan saudara-saudaranya untuk melaksakan kewajiban sebagai ksatria.
Bima mengikuti Dewa Ruci dan kembali ke dunia nyata untuk melanjutkan
perlawanannya memerangi kejahatan, membela saudara-saudaranya melawan
Kurawa.
- Bhava Rati / Rasa Smgara / Kenikmatan
- Rasa kenikmatan muncul di adegan ketika Bratasena mengalahkan dua raksasa dua raksasa tersebut adalah penjelmaan Batara Bayu dan Batara Indra. Kejahatan bisa dikalahkan dengan niat dan tekad yang baik dan berani.
- Bratasena mengalahkan semua rintangan, sehingga dia bisa bertemu dengan sang Dewa Ruci, sehingga mendapatkan ketentraman dan kenikmatan.
- Bhava Hasa / Rasa Hasya / Humor
- Ketika punakawan bercengkrama tentang bratasena yang mencari kasempurnaan hidup. Adegan ini bernama adegan gara-gara.
- Bhava Soka / Rasa Karuna / Kesedihan
- Saat Dewi Kunti, Puntadewa, dan Permadi di tinggal Bratasena mendalami ilmu kepada gurunya, karena guru Bratasena bukan guru olah batin melainkan guru perang.
- Bhava Kroda / Rasa Rauda / Kemarahan
- Sengkuni marah dan tidak percaya dengan rencana Resi Drona yang menyuruhBratasena pergi mencari Kayu Gung Susuhing Angin, bisa mengakibatkan Bratasena mati.
- Bhava Utsaha / Rasa Vira / Keberanian
- Saat adegan Bratasena pergi meminta ijin dan doa restu kepada gurunya ke Gunung Candramuka untuk mencari Kayu Gung Susuhing Angin.
- Bhava Bhaya / Rasa Bhayanaka / Ketakutan
- Saat adegan Dewa Pandu dan keluarganya mendapatkan cobaan.
- Saat adegan Dewi Kunti di tinggal Bratasena mendalami ilmu kepada Drona, karena Dewi Kunti takut bila terjadi apa-apa dan kehilangan Bratasena.
- Bhava Jugubsa / Rasa Vibhatsa / Kejijikan
- Resi Drona mengejek Sengkuni karena kelicikan sengkuni yang ambisius dengan kekuasaan
- Bhava Vismaya / Rasa Adbutha / Keheranan
- Saat adegan pandu dan madrim untuk masuk ke kawah Candradimuka.
- Bratasena masih bingung dengan penjelasan Batara Bayu dan Indra tentang penjelmaan mereka menjadi Raksasa.
- Bhava Nirveda ( Samaveda ) / Rasa Santa / Ketenangan
- Bratasena merasa tentram dan tenang setelah mencapai Ilmu kesempurnaan (Ma’rifat) dan kemudian ketika bersatu dengan Sang Dewa Ruci, hatinya tenang tanpa kesedihan, tanpa rasa gundah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar