Rabu, 24 Desember 2014

Bhava Rasa dari Lakon Dewa Ruci

Bima diutus untuk mencari "Kayu gung Susuhing Angin" yang dianggap terdapat di pegunungan Reksa Muka (simbol dari lima indera manusia). Bima tidak menemukan benda tersebut. Tetapi ia bertemu dengan raksasa kembar yang hampir saja membunuhnya. Kedua raksasa tersebut kemudian bisa dikalahkan dan berubah wujud menjadi dewa-dewa yang memberi tahu Bima bahwa Kayu Gung Susuhing Angin adalah suatu perumpamaan.
Bima kembali untuk menemui Durna untuk meminta tambahan keterangan dan wejangan ilmu tentang arti kehidupan. lalu Durna mengatakan bahwa Ilmu Kasempurnaan itu terdapat di dasar lautan. Bima kemudian mohon pamit pada ibu dan saudara-saudaranya untuk mengembara. Meskipun mereka menahannya, Bima tetap berangkat. Ketika memasuki lautan, dia diserang oleh seekor ular besar yang hampir membunuhnya, tetapi dengan kekuatan kuku Panchanakanya, dia dapat membunuh ular tersebut.
Makin dalam memasuki lautan, Bima menjadi tidak sadarkan diri. Ketika ia membukakan matanya, ia melihat mahluk seperti dirinya, tetapi dalam ukuran kecil yakni DEWA RUCI. Dewa Ruci meminta Bima untuk masuk kedalam badannya, melalui telinga kirinya. Walaupun dewa ini sangat kecil, tetapi Bima dapat masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci dan menemukan dirinya berada pada suatu dunia yang sangat mengagumkan, damai, dan indah, dimana ia merasa sangat nyaman dan karena itu Bima ingin tetap tinggal disana. Dewa Ruci kemudian menjelaskan makna dari apa yang dilihatnya dan makna dari kehidupan. Menjawab keinginan Bima untuk tinggal disana, Dewa Ruci mengatakan ia boleh tinggal disana setelah kematiannya. Tetapi untuk saat ini, ia harus kembali ke bumi bersama dengan saudara-saudaranya untuk melaksakan kewajiban sebagai ksatria. Bima mengikuti Dewa Ruci dan kembali ke dunia nyata untuk melanjutkan perlawanannya memerangi kejahatan, membela saudara-saudaranya melawan Kurawa.
  1. Bhava Rati / Rasa Smgara / Kenikmatan
  • Rasa kenikmatan muncul di adegan ketika Bratasena mengalahkan dua raksasa dua raksasa tersebut adalah penjelmaan Batara Bayu dan Batara Indra. Kejahatan bisa dikalahkan dengan niat dan tekad yang baik dan berani.
  • Bratasena mengalahkan semua rintangan, sehingga dia bisa bertemu dengan sang Dewa Ruci, sehingga mendapatkan ketentraman dan kenikmatan.
  1. Bhava Hasa / Rasa Hasya / Humor
  • Ketika punakawan bercengkrama tentang bratasena yang mencari kasempurnaan hidup. Adegan ini bernama adegan gara-gara.
  1. Bhava Soka / Rasa Karuna / Kesedihan
  • Saat Dewi Kunti, Puntadewa, dan Permadi di tinggal Bratasena mendalami ilmu kepada gurunya, karena guru Bratasena bukan guru olah batin melainkan guru perang.
  1. Bhava Kroda / Rasa Rauda / Kemarahan
  • Sengkuni marah dan tidak percaya dengan rencana Resi Drona yang menyuruh
    Bratasena pergi mencari Kayu Gung Susuhing Angin, bisa mengakibatkan Bratasena mati.
  1. Bhava Utsaha / Rasa Vira / Keberanian
  • Saat adegan Bratasena pergi meminta ijin dan doa restu kepada gurunya ke Gunung Candramuka untuk mencari Kayu Gung Susuhing Angin.
  1. Bhava Bhaya / Rasa Bhayanaka / Ketakutan
  • Saat adegan Dewa Pandu dan keluarganya mendapatkan cobaan.
  • Saat adegan Dewi Kunti di tinggal Bratasena mendalami ilmu kepada Drona, karena Dewi Kunti takut bila terjadi apa-apa dan kehilangan Bratasena.
  1. Bhava Jugubsa / Rasa Vibhatsa / Kejijikan
  • Resi Drona mengejek Sengkuni karena kelicikan sengkuni yang ambisius dengan kekuasaan
  1. Bhava Vismaya / Rasa Adbutha / Keheranan
  • Saat adegan pandu dan madrim untuk masuk ke kawah Candradimuka.
  • Bratasena masih bingung dengan penjelasan Batara Bayu dan Indra tentang penjelmaan mereka menjadi Raksasa.
  1. Bhava Nirveda ( Samaveda ) / Rasa Santa / Ketenangan
  • Bratasena merasa tentram dan tenang setelah mencapai Ilmu kesempurnaan (Ma’rifat) dan kemudian ketika bersatu dengan Sang Dewa Ruci, hatinya tenang tanpa kesedihan, tanpa rasa gundah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar