Senin, 22 Desember 2014

Unsur Intrinsik Novel "Jemini" karya Suparta Brata




1. Novel Jemini karya Suparto Brata merupakan salah satu karya sastra yang mengangkat tema mengenai kawin paksa yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya. Hal ini dapat dilihat pada episode ketika Semi dan Wagiman memaksa Jemini untuk kawin dengan prajurit yang berasal dari tangsi Sambongan.


2. Pemberian judul novel diambil dari salah satu tokoh sentral di dalam novel, yaitu Jemini. Tokoh Jemini merupakan tokoh sentral pada novel tersebut. Hal ini dikarenakan tokoh Jemini selalu berhubungan dengan tokoh lain pada setiap episode cerita. Tokoh lain tersebut antara lain: Wagiman, Semi, Oom Piet, Urip, Siti, Wak Talib, Radian, dan Kadinah. 

3. Latar yang muncul pada novel Jemini cukup bervariasi. 


a. Latar tempat antara lain: Kompleks Tangsi Surabaya yang terdiri dari Rumah Dinas Wagiman, Kampung Landa, Dapur Umum, dan Kamar Mandi Umum. Selain itu juga ada Tangsi Sambongan, Tangsi Betawi (Jagalan), Stasiun Pasar Senen, Stasiun Padalarang, Tangsi Batujajar, Rumah Raden Kartakusumah, Kantin Ibu Semi, Kampung Gatotan, Tangsi Batujajar, dan Pelabuhan Tanjungpriuk. 


b. Latar waktu, antara lain: tanggal dua puluh lima, satu bulan lamanya Jemini di rumah Raden Kartakusumah, sebulan sekali setiap tanggal dua puluh enam, hari Minggu dengan adanya acara matinéé, pada suatu hari, pagi hari, bulan Oktober musim kemarau, dan malam hari.


c. Latar suasana yang tergambar pada novel Jemini antara lain: suasana meriah perkawinan Jemini dengan Urip, suasana menegangkan dan panas pada malam hari di awal perkawinan Jemini dengan Urip, suasana menyedihkan dan memilukan ketika Jemini disiksa oleh Radian, suasana bimbang dan bingung untuk menentukan arah tujuan ketika Jemini meninggalkan tangsi Betawi (Jagalan), dan akhirnya menuju Padalarang, suasana sedih ketika Jemini dimarahi oleh Wagiman karena meninggalkan Radian tanpa pamit, suasana sedih Oom Piet Coertszoon ketika putus dengan tunangannya Marie Wevers, suasana sedih Oom Piet Coertszoon ketika belum mendapatkan izin atasannya untuk mengawini Jemini, suasana kesedihan Siti ketika ditanya Jemini tentang anak-anaknya yang dibawa Oom Slompret kembali ke Belanda, suasana sedih Kadinah ketika akan melahirkan, ia meminta Jemini mendatangkan Siti untuk menunggui kelahiran anaknya, suasana kegembiraan Oom Piet Coertszoon karena akhirnya atasannya mengizinkan ia mengawini Jemini selanjutnya pesta perkawinan keduanya di Gereja, suasana gelisah Jemini ketika menantikan kedatangan kembali Oom Piet Coertszoon dari Belanda, dan yang terakhir suasana haru ketika melihat Oom Piet tiba dari Belanda di Pelabuhan Tanjungpriuk. 


4. Alur pada novel Jemini termasuk lurus/maju. Dilihat dari alurnya novel ini beralur tunggal, karena ceritanya berpusat pada tokoh utama saja, yaitu Jemini. Novel Jemini memiliki alur tunggal sebab ceritanya berpusat pada tokoh utamanya, yaitu Jemini. Adapun akhir ceritanya novel ini beralur tertutup, sebab pada akhir cerita tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mengenai penyelesaian cerita dari novel Jemini tersebut. 


5. Sudut pandang pada novel Jemini menggunakan metode orang ketiga atau gaya dia. Pengarang menyebutkan nama para tokoh yang muncul di dalam novel Jemini. Maka dengan metode orang ketiga ini, pengarang dapat menjelaskan isi cerita dengan sebebas-bebasnya. 


6. Pesan/amanat yang ingin diungkapkan pengarang kepada pembaca dapat tersampaikan melalui novel tersebut. Amanat yang terkandung antara lain: 
a) Pentingnya pendidikan bagi orangtua dan anak 

b) Orangtua seharusnya melindungi dan menjaga anaknya, bukan menjerumuskannya dengan melakukan praktik kawin paksa. 

c) Seburuk apapun tingkah laku anak, orangtua akan selalu memaafkan dan menerimanya kembali. 

d) Jagalah selalu nama baik keluarga terutama orangtua. 

e) Jadilah anak yang berbakti kepada kedua orangtua. 

f) Roda kehidupan itu selalu berputar, terkadang di atas tetapi terkadang juga bisa di bawah. 

g) Setelah penderitaan akan datang kebahagiaan jika sabar dan tawakal menjalaninya. 

h) Cinta sejati akan datang diwaktu yang tepat.

j) Jangan suka mengumbar hawa nafsu dunia semata.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar