1. Novel
Jemini karya Suparto Brata merupakan salah satu karya sastra yang mengangkat
tema mengenai kawin paksa yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya. Hal
ini dapat dilihat pada episode ketika Semi dan Wagiman memaksa Jemini untuk
kawin dengan prajurit yang berasal dari tangsi Sambongan.
2.
Pemberian judul novel diambil dari salah satu tokoh sentral di dalam novel,
yaitu Jemini. Tokoh Jemini merupakan tokoh sentral pada novel tersebut. Hal ini
dikarenakan tokoh Jemini selalu berhubungan dengan tokoh lain pada setiap
episode cerita. Tokoh lain tersebut antara lain: Wagiman, Semi, Oom Piet, Urip,
Siti, Wak Talib, Radian, dan Kadinah.
3. Latar
yang muncul pada novel Jemini cukup bervariasi.
a. Latar
tempat antara lain: Kompleks Tangsi Surabaya yang terdiri dari Rumah Dinas
Wagiman, Kampung Landa, Dapur Umum, dan Kamar Mandi Umum. Selain itu juga ada
Tangsi Sambongan, Tangsi Betawi (Jagalan), Stasiun Pasar Senen, Stasiun
Padalarang, Tangsi Batujajar, Rumah Raden Kartakusumah, Kantin Ibu Semi,
Kampung Gatotan, Tangsi Batujajar, dan Pelabuhan Tanjungpriuk.
b. Latar
waktu, antara lain: tanggal dua puluh lima, satu bulan lamanya Jemini di rumah
Raden Kartakusumah, sebulan sekali setiap tanggal dua puluh enam, hari Minggu
dengan adanya acara matinéé, pada suatu hari, pagi hari, bulan Oktober musim
kemarau, dan malam hari.
c. Latar
suasana yang tergambar pada novel Jemini antara lain: suasana meriah perkawinan
Jemini dengan Urip, suasana menegangkan dan panas pada malam hari di awal
perkawinan Jemini dengan Urip, suasana menyedihkan dan memilukan ketika Jemini
disiksa oleh Radian, suasana bimbang dan bingung untuk menentukan arah tujuan
ketika Jemini meninggalkan tangsi Betawi (Jagalan), dan akhirnya menuju
Padalarang, suasana sedih ketika Jemini dimarahi oleh Wagiman karena
meninggalkan Radian tanpa pamit, suasana sedih Oom Piet Coertszoon ketika putus
dengan tunangannya Marie Wevers, suasana sedih Oom Piet Coertszoon ketika belum
mendapatkan izin atasannya untuk mengawini Jemini, suasana kesedihan Siti
ketika ditanya Jemini tentang anak-anaknya yang dibawa Oom Slompret kembali ke
Belanda, suasana sedih Kadinah ketika akan melahirkan, ia meminta Jemini
mendatangkan Siti untuk menunggui kelahiran anaknya, suasana kegembiraan Oom
Piet Coertszoon karena akhirnya atasannya mengizinkan ia mengawini Jemini
selanjutnya pesta perkawinan keduanya di Gereja, suasana gelisah Jemini ketika
menantikan kedatangan kembali Oom Piet Coertszoon dari Belanda, dan yang
terakhir suasana haru ketika melihat Oom Piet tiba dari Belanda di Pelabuhan
Tanjungpriuk.
4. Alur
pada novel Jemini termasuk lurus/maju. Dilihat dari alurnya novel ini beralur
tunggal, karena ceritanya berpusat pada tokoh utama saja, yaitu Jemini. Novel
Jemini memiliki alur tunggal sebab ceritanya berpusat pada tokoh utamanya,
yaitu Jemini. Adapun akhir ceritanya novel ini beralur tertutup, sebab pada
akhir cerita tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mengenai penyelesaian
cerita dari novel Jemini tersebut.
5. Sudut
pandang pada novel Jemini menggunakan metode orang ketiga atau gaya dia.
Pengarang menyebutkan nama para tokoh yang muncul di dalam novel Jemini. Maka
dengan metode orang ketiga ini, pengarang dapat menjelaskan isi cerita dengan
sebebas-bebasnya.
6.
Pesan/amanat yang ingin diungkapkan pengarang kepada pembaca dapat tersampaikan
melalui novel tersebut. Amanat yang terkandung antara lain:
a)
Pentingnya pendidikan bagi orangtua dan anak
b)
Orangtua seharusnya melindungi dan menjaga anaknya, bukan menjerumuskannya
dengan melakukan praktik kawin paksa.
c) Seburuk
apapun tingkah laku anak, orangtua akan selalu memaafkan dan menerimanya
kembali.
d) Jagalah
selalu nama baik keluarga terutama orangtua.
e) Jadilah
anak yang berbakti kepada kedua orangtua.
f) Roda
kehidupan itu selalu berputar, terkadang di atas tetapi terkadang juga bisa di
bawah.
g) Setelah
penderitaan akan datang kebahagiaan jika sabar dan tawakal menjalaninya.
h) Cinta
sejati akan datang diwaktu yang tepat.
j) Jangan
suka mengumbar hawa nafsu dunia semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar