Rabu, 24 Desember 2014

Sejarah dan Aliran Linguistik

Studi linguistik mengalami tahap perkembangan :
  1. Tahap spekulasi
Pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada cerita rekaan belaka. Contohnya, pernyataan Andreas Kemke, ahli filologi dari Swedia abad ke-17 menyatakan bahwa Nabi Adam dulu di surga berbicara dalam bahasa Denmark. Sedangkan ular berbicara dalam bahasa Perancis. Hal itu tidak dapat dibuktikan karena tidak ada bukti empiris.
  1. Tahap klasifikasi dan observasi
Para ahli bahasa mengadakan pengamatan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki tetapi belum pada tahap merumuskan teori, maka dari itu tahap tersebut belu dikatakan bersifat ilmiah.
  1. Tahap perumusan teori
Bahasa yang diteliti bukan hanya diamati dan diklasifikasi, tapi telah dibuatkan teori-teorinya.
  1. Linguistik Tradisional
Bahasa tradisional dan bahasa stuktural sering dipertentangkan, sebagai akibat dari pendekatan keduanya yang tidak sama terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa stuktural berdasarkan struktur atau cirri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu. Tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan, sedangkan tata bahasa structural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frase “dengan…”
    1. Linguistik zaman Yunani
Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada Zaman Yunani adalah
1) Pertentangan antara fisis dan nomos
Bersifat fisis, maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak diganti diluar manusia itu sendiri. Yang menganut paham ini adalah kaum naturalis.
Kaum konvensional berpendapat bahwa bahasa bersifat konvensi (nomos), artinya makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi/ kebiasaan yang kemungkinan bias berubah.
2) Pertentangan antara analogi dan anomaly
Kaum analogi antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa bersifat teratur, sehingga orang dapat menyusun tata bahasa. Misalnya, boy>>boys, book>>books, dan lain-lain. Kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Misalnya, child menjadi children, bukan childs.
Jadi, kaum anomaly sejalan dengan kaum naturalis dan kaum analogi sajalan dengan kaum konvensional.
Kaum yang berperan besar dalam studi bahasa pada Zaman Yunani, adalah
a. Kaum Sophis
Mereka melakukan kerja secara empiris, melakukan kerja secara pasti, mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa, membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna. Tokohnya yaitu Protogoras, membagi kalimat menjadi kalimat narasi, Tanya, jawab, perintah, laporan, doa, dan undangan.
  1. Plato
Jasa Plato dalam studi bahasa adalah, dia memperdebatkan analogi dan anomaly serta mengemukakan masalah alamiah dan konvensional. Plato orang pertama yang membedakan kata dalam onoma dan rhema
  1. Aristoteles
Menurut Aristoteles ada 3 macam kelas kata, yaitu onoma, rhema, syndesmoi. Onoma dan rhema merupakan anggota logos, yaitu kalimat atau klausa. Sedangkan syndesmoi lebih kurang sama dengan kelas preposisi dan konjungsi yang kita kenal sekarang.
  1. Kaum Stoik
Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan tata bahasa.
Menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa.
Membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa.
Membedakan legein dan propheretal.
Membagi jenis kata menjadi empat,
Membedakan kata kerja komplet, tak komplet, aktif dan pasif.
  1. Kaum Alexandrian
Cikal bakal tata bahasa tradisional berasal dari buku Dionysius Thrax yang lahir pada masa kaum Alexandrian.
    1. Linguistik Zaman Romawi
Studi bahasa pada zaman Romawi dapat dianggap kelanjutan dari zaman Yunani.

Tokoh pada Zaman Romawi, antara lain:
· Varro dengan karyanya De Lingua Latina
Dalam buku ini terdiri dari 25 jilid. Buku ini dibagi-bagi dalam bidang:
ü Etimologi: cabang lingustik yang menyelidiki asal-usulkata beserta artinya.
ü Morfologi: cabang linguistic yang mempelajari kata dan pembentukannya.
· Priscia dengan karyanya Institutionses Grammaticae.
Buku tata bahasa Priscia ini terdiri dari 18 jilid ( 16 jilid mengenai morfologi dan 2 jilid mengenai sintaksis).
ü Fonologi, dalam bidang ini membicarakan litterae, yaitu bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan.
ü Morfologi, dalam bidang ini membicarakan mengenai dictio atau kata, yaitu bagian minimum sebuah ujaran dan diartikan terpasah dalam makna sebagai satu keseluruhan.
ü Sintaksis, membicarakan oratio, yaitu tata susun kata yang berselaras dan menunjukan kalimat itu selesai.
LINGUISTIK ZAMAN PERTENGAHAN
Studi bahasa pada Zaman Pertengahan, antara lain,
  1. Peranan Kaum Modistae, membicarakan pertentangan antara fisis dan nomos, dan pertentangan antara analogi dan anomali.
  2. Tata bahasa spekulativa, kata tidak secara langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk.
  3. Petrus Hispanus, membedakan pengertian pada bentuk akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan. Da juga membedakan nomen atas 2 macam, membedakan partes orationes atas categorematik dan syntategorematik.
Abad Renaisans
Linguistik Arab pada Zaman Renaisans berkembang pesat karena kedudukan bahasa Arab sebagai batasan kitab suci agama islam (Al Quran).
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Zaman Renaisans adalah zaman kelahiran-kembali (Renaissance, bahasa Perancis) kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 M.[1][2]
Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani.[1] Namun, orang-orang kini mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif bagi kebudayaan Yunani-Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan baik.[1] Kebudayaan klasik ini juga dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh peradaban manusia.[1][3]
Latar Belakang
Kebudayaan Yunanni-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai subjek utama.[1][4] Filsafat Yunani, misalnya menampilkan manusia sebagai makhluk yang berpikir terus-menerus memahami lingkungan alamnya dan juga menentukan prinsip-prinsip bagi tindakannya sendiri demi mencapai kebahagiaan hidup (eudaimonia).[1][5] Kesustraan Yunani, misalnya kisah tentang Odisei karya penyair Yunani Kuno, Homerus, menceritakan tentang keberanian manusia menjelajahi suatu dunia yang penuh dengan tantangan dan pengalaman baru.[1] Arsitektur ala Yunani-Romawi mencerminkan kemampuan manusia dalam menciptakan harmoni dari aturan hukum, kekuatan, dan keindahan.[1][6]
Selain itu, kemampuan bangsa Romawi dalam bidang tehnik dan kemampuan berorganisasi pantas mendapatkan acungan jempol.[1] Semua ini jelas menunjukkan bahwa kebudayaan Yunani-Romawi memberikan tempat utama bagi manusia dalam kosmos.[1] Suatu pandangan yang biasa disebut dengan ''Humanisme Klasik''.[1]
Humanisme Klasik
Kebudayaan Raissans ditujukan untuk menghidupkan kembali Humanisme Klasik yang sempat terhambat oleh gaya berpikir sejumlah tokoh Abad Pertengahan.[1] Hal ini memiliki kaitan dengan hal yang tadi dijelaskan.[1] Apabila dibandingkan dengan zaman Klasik yang lebih menekankan manusia sebagai bagian dari alam atau polis (negara-negara kota atau masyarakat Yunani Kuno).[1] Humanisme Renaissans jauh lebih dikenal karena penekanannya pada individualisme.[1] Individualisme yang menganggap bahwa manusia sebagai pribadi perlu diperhatikan.[1] Kita bukan hanya umat manusia, tetapi kita juga adalah individu-individu unik yang bebas untuk berbuat ssuatu dan menganut keyakinan tertentu.[1]
Kemuliaan manusia sendiri terletak dalam kebebasannya untuk menentukan pilihan sendiri dan dalam posisinya sebagai penguasa atas alam (Pico Della Mirandola).[1] Gagasan ini mendorong munculnya sikap pemujaan tindakan terbatas pada kecerdasan dan kemampuan individu dalam segala hal.[1] Gambaran manusia di sini adalah manusia yang dicita-citakan Humanisme Renaissans adalah manusia universal (Uomo Universale).[1]
Daftar tokoh besar pada masa Renaisans
Berikut adalah daftar tokoh besar Renaisans:[7][8]
Bidang seni dan budaya
  • Albrecht Dührer (1471-1528)
  • Desiserius Eramus (1466-1536)
  • Donatello
  • Ghirlandaio
  • Hans Holbein (1465-1506)
  • Hans Memling (1430-1495)
  • Hieronymus Bosch (1450-1516)
  • Josquin de Pres (1445-1521)
  • Leonardo da Vinci (1452-1519)
  • Lucas Cranach (1472-1553)
  • Michaelangelo (1475-1564)
  • Perugino (1446-1526)
  • Raphael (1483-1520)
  • Sandro Botticelli (1444-1510)
  • Tiziano Vecelli (1477-1526)

Sejarah Aliran Linguistik 4 (akhir)

Zaman Renains
Zaman Renains dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat, yaitu: (1) selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab; (2) selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan , penyusunan tata bahasa dan malah juga perbandingan.

Menjelang Lahirnya Linguistik Modern
Sejak awal telah disebut-sebut bahwa Ferdinand De Saussure dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern. Masa antara lahirnya linguistik Modern dengan masa berakhirnya zaman renaisans ada satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tonggak yang dianggap sangat penting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa sansakerta dengan bahasa Yunani, Latin dan bahasa-bahasa Jerman lainnya. Hal tersebut dikemukakan oleh Sir Wiliam Jones dari East India Company dihadapan The Royal Asiatic  Society di Kalkuta pada tahun 1786. Pernyataan Sir William Jones itu telah membuka babak baru sejarah linguistik, yakni dengan berkembangnya studi linguistik bandingan atau linguistik histories komparatif; serta studi mengenai hakikat bahasa secara linguistik terlepas dari masalah Yunani Kuno.
Bila kita simpulkan pembicaraan mengenai linguistic tradisional di atas, maka secara singkat dapat dikatakan, bahwa:
  • Pada tat bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya tertumpu pada bahasa tulisan.
  • Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Lati.
  • Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara presfektif, yakni benar atau salah.
  • Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika.
  • Penemuan-penemuan atau kaidah terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.
Linguistik Strukturalis
Ferdinand de Saussure merupakan Bapak Linguistik Modern. Bukunya yang berjudul Course de Linguistique Generale, memuat pandangan mengenai konsep: telaah sinkronik, perbedaan langue dan parole, perbedaan significant dan signifie, hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsure-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear.
Hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.
Dalam bidang fonologi aliran Praha membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi itu sendiri, sedangkan fonologi mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem.
Yang dimaksud tema dan rema dalam analisis sintaksis menurut aliran Praha , yaitu tema adalah apa yang dibicarakan, sedangkan rema adalah apa yang dikatakan mengenai tema.
Tokoh aliran Glosematik antara lain, Louis Hjemslev, analisis bahasa dimulai dari wacana kemudian ujaran itu dianalisis atas konstituen yang mempunyai hubungan para digmatis dalam rangka forma, ungkapan, dan isi.
Aliran Firthian dengan tokohnya John R Firth terkenal dengan studi fonologi prosodi, yaitu suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis.
Pokok-pkok pandangan Linguistik Sistematik (SL) yang dikembangkan oleh M.A.K Halliday, yaitu
1. SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa.
2. SL memandang bahasa sebagai pelaksana.
3. SL mengutamakan pemerian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasi-variasinya.
4. SL mengenal adanya gradasi atau kontinum.
5. SL menggambarkan tiga tataran utama bahasa.
Aliran strukturalis yang dikembangkan Bloomfield sering disebut aliran taksonomi, karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya.
Menurut Aliran tagmemik, satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem, yaitu korelasi antara fungsi slotl dengan sekelompok bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut.
Linguistik Transformasional dan Aliran-aliran Sesudahnya
1. Tata Bahasa Transformasi
Dalam buku Noam Chomsky yang berjudul Syntatic Structure pada tahun 1957,
dan dalam buku Chomsky yang kedua yang berjudul Aspect of the Theory of Syntax
pada tahun 1965. mengembangkan model tata bahasa yaitu transformational generative
grammar, dalam bahasa Indonesia dsebut tata bahasa transformasi atau bahasa generatif.
Tujuan penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Bahasa
dapat dianggap sebagai kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang
mempunyai makna maka haruslah dapat menggambarkan bunyi dan arti dalam bentuk
kaidah – kaidah yang tepat dan jelas. Syarat untuk memenuhi teori dari bahasa dantata
bahasa yaitu
1. kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai
bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat – buat.
2. tata bahasa tersebut terus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah
tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja dan semuanya ini harus sejajar
dengan teori linguistic tertentu.
Konsep language dan paroleh dari de sausure, Chomsky membedakan adanya
kemampuan (kompeten) dan perbuatan berbahasa (performance). Jadi objeknyaadalah
kemampuan. Seorang peneliti bahasa harus mampu menggambarkan kemampuan si
pemakai bahasa untuk mengerti kalimat yang tidak terbatas jumlahnya, yang sebagian
besar, barangkali, belum pernag didengarnya atau dilihatnya. Kemampuan membuat
kalimat – kalimat baru disebut aspek kreatif bahasa
Dalam buku Tata Bahasa Transformasi lahur bersamaan dengan terbitnya buku
Syntatic Structure tahun 1957. buku ini sering disebut “ Tata Bahasa Transformasi Klasik
.
Kemudian disusul aspect of the theory of syntax dalam buku ini Chomsky
menyempurnakan teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan
yang prinsipil. Tahun 1965 dikenal dengan standar teori, kemudian tahun 1972 diberi
nama Extended Standard Theory, tahun 1975 diberi nama Revised Extended Standard
Theory. Terakhir buku ini direvisi dengan nama Government and Binding Theory.
Dari kesimpulan tersebut terdiri dari 3 komponen :
1. komponen sintetik
2. komponen semantik
3. komponen fologis
2. Semantik Generatif
Menurut semantic generatf, sudah seharusnya semantic dan sintaksis diselidiki
bersama sekaligus karena keduanya adalah satu. Struktur semantic itu serupa dengan
struktur logika. Struktur logika itu tergaqmbar sebagai berikut :
Proposisi
Predikat Argumen 1 Argumen 2
Menurut teori semantic generatif, argument adalah segala dssesuatu yang
dibicarakan; sedangkan predikat itu semua yang menunjukan hubungan, perbuatan,sifat ,
keanggotaan, dan sebagainya.
3. Tata Bahasa Kasus
Tata bahasa kasus diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore. Fillmore membagi
kalimat atas :
1. Modalitas, yang berupa unsure negasi, kala, aspek, dan adverbia.
2. Proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus.
Kalimat
modalitas proposisi
negasi
kala
aspek
adverbial verba kasus 1 kasus 2 kasus 3
Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalh hubungan antara verba dengan
nomina. Verba di sini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama dengan argument
dalam teori semantic generatif.
4. Tata Bahasa Relasional
Sama halnya dengan tata bahasa transformasi, tata bahasa relasional juga
berusaha mencari kaidah kesemestaan bahasa. Dalam hal ini tata bahasa relasional
banyak menyerang tata bahasa transformasi, karena menganggap teori-teori tata bahasa
transformasi tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa inggis.


Tentang Linguistik di Indonesia
8.4.1 Sebagai negri yang sangat luas yang dihuni oleh berbagai suku bangsa dengan berbagai bahasa daerah yang berbeda pula, maka Indonesia sudah lama menjadi medan penelitian linguistik. Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintah kolonial. Pada akhir abad ke 19 dan abad ke20 pemerintah kolonial sangat memerlukan informasi mengenai bahasa-bahasa yang ada di bumi Indonesia untuk melancarkan jalannya pemerintahan kolonial di Indonesia, di samping untuk kepentingan lain, seperti penyebaran agama Nasrani. Penelitian pada zaman kolonial itu kebanyakan hanya bersifat observasi dan klasifikasi, belum bersifat ilmiah, karena belum merumuskan teori. Namun kalau kita lihat hasil penelitian yang dilakukan dilakukan oleh sarjana seperti Van Der Teux, Bransdstetter, Dempwolf dan Kem, tampaknya mereka telah melampaui batas tahap observasi dan klasifikasi itu sebab mereka telah juga mermuskan sejumlah teori misalnya mengenai sistem bunyi bahasa-bahasa yang ada di nusantara. Ingat saja akan apa yang disebut “ Hukum Van Der Tuuk” atau “Hukum R-D-L”.
8.4.2 Konsep-konsep linguistik modern seperti yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure sudah bergema sejak awal abad XX. Konsepnya kemudian disusul oleh berbagai teori dan aliran seperti strukturalisme Bloomfield pada tahun 30-an dan teori generatif tranformasi pada tahun 50-an. Namun tampaknya gema konsep linguistik modern itu baru tiba di Indonesia pada akhir sekali tahun lima puluhan. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra ( yang jumlahnya juga belum seberapa) dan dilembaga-lembaga pendidikan guru sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif. Perubahan baru terjadi, lebih cepat disebut perkenalan dengan konsep-konsep linguistik modern, kiranya sejak kepulauan sejumlah linguis Indonesia dari Amerika seperti Anton M. Moeliono dan T.W.Kamil. Kedua beliau inilah kiranya yang pertama-tama memperkenalkan konsep fonem, morfem, frase, dan klausa dalam pendidikan formal linguistik di Indonesia. Sebelumnya konsep-konsep tersebut sebagai satuan langual belum dikenal. Yang dikenal hanyalah satuan kata dan kalimat.
8.4.3 Sejalan dengan perkembangan dan makin semaraknya studi linguistik yang tentu saja dibarengi dengan bermunculanya linguis-linguis indonesia, baik yang tamatan luar negri maupun dalam negri, maka semakin dirasakanperlunya suatu wadah untuk berdiskusi, bertukar pengalaman dan mempublikasikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Begitulah pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior, berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia(MLI). Tiga tahun sekali MLI mengadakan musyawarah nasional. Tahun 1983 MLI menerbitkan sebuah jurnal yang diberi nama Linguistik Indonesia. Jauh sebelum terbitnya Jurnal Linguistik Indonesia sebenarnya di Indonesia sudah ada majalah linguistik yang menggunakan bahasa pengantar bahasa inggris. Majalah ini dikenal dengan nama NUSA dirintis penerbitnya adalah oleh Prof.Dr.J.M.W. Verhar SJ dan dieditori oleh sejumlah linguis indonesia antara lain, Amran Halim, Soenjono Dardjowidjojo, Ignatius Soeharno dan Soepomo Poedjosoedarmo. Selain kedua majalah diatas ada pula majalah Bahasa dan Sastra serta Pengajaran Bahasa dan Sastra, yang sayang sekali ketika bab ini ditulis, sudah tidak terbit lagi. Satu majalah lagi, tetapi yang lebih mengkhususkan pada pembinaanbahasa nasional Indonesia adalah Majalah Pembinaan Indonesia yang diterbitkan oleh organisasi profesi Himpunan Pembina Bahasa Indonesia(HPBI) sejak tahun 1980.
8.4.4 Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa nasional Indonesia, banyak pula dilakukan orang diluar indonesia. Universitas Leiden di Negeri Belanda telah mempunyai sejarah panjang dalam penelitian bahasa-bahasa nusantara. Disana antara lain ada Uhlenbeck dengan kajiannya yang sangat luas terhadap bahasa jawa, ada Voorhove, Teeuw, Rolvink, dan terakhir Grijns dengan kajian dialek Jakartanya. Di London ada Robins dengan kajian bahasa sundanya. Begitu juga di Amerika, di Jerman, di Italia, di Rusia dan di Australia banyak dilakukan kajian tentang bahasa-bahasa indonesia.
8.4.5 Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik didalam negri maupun diluar negeri. Berbagai segi dan aspek bahasa telah dan masih menjadi kajian yang dilakukan oleh banyak pakar dengan menggunakan berbagai teori dan pendekatan sebagai dasar analisis. Secara nasional bahasa indonesia telah mempunyai sebuah buku tata bahasa baku dan sebuah kamus besar yang disusun oleh para pakar yang handal.
Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan klonial. Analisis bahasa dalam studi linguistik di Indonesia pada masa itu masih bersifat sederhana. Konsep-konsep linguistik modern yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure sudah bergema sejak awal abad XX. Namun, gema konsep linguistik modern itu baru tiba di Indonesia akhir sekali tahun lima puluhan.
Atas prakarsa sejumlah linguis senior, berdirilah organisasikelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI).
Bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ni, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar